Selasa, 01 November 2011

Belajar Cerdas dari Ilmu Padi

ALAM
memberikan banyak pelajaran bagi kita, termasuk bagi anak-anak. Lihatlah, banyak sekolah yang mengajak anak berbondong-bondong terjun ke alam. Ada yang mengajak anak-anak ke sungai, ke kebun buah, hutan buatan, dan lain sebagainya. Banyak orang tua yang juga mengajarkan hal ini pada buah hatinya.
Cobalah sekali-kali ajak anak Anda ke sawah, bukan untuk mengajari cara menanam padi atau merasakan kerja keras petani, tetapi mengamati padi.
1. Kian Berisi Kian Merunduk?Suruhlah anak mengamati padi yang masih muda dan yang agak kuning. Apa perbedaan yang amat nyata? Padi yang kuning pasti merunduk karena telah berisi beras. Tanamkan pada buah hati kita bahwa dia harus mencontoh padi. Semakin dia pintar, haruslah semakin rendah hati, tidak sombong. Anak yang rendah hati pastilah disegani banyak orang.
Secara kebetulan, ketika saya dalam proses membuat tulisan ini, Tukul dalam salah satu edisi “Bukan Empat Mata“-nya telah merevisi peribahasa itu menjadi semakin berisi semakin biasa-biasa saja. Karena, menurut Tukul, kalau semakin merunduk mudah diinjak orang. Tapi menurut saya, kalau terlalu merunduk dan tidak mau tengadah, bisa jadi kita dianggap sombong karena tidak mau menunjukkan kehebatan kita. Lebih tepat, kalau semakin berisi, semakin wajar-wajar saja…, bukan biasa. Karena, wajarnya seorang B.J. Habibie adalah membuat pesawat terbang yang bisa mendarat tanpa pilot dalam kondisi darurat. Dan, ini bukan suatu pekerjaan yang biasa.
Jadi, jika anak kita berprestasi, ajarilah agar dia tidak mengobral prestasi dan popularitasnya, namun tidak pula menyembunyikannya untuk diri sendiri.

2. Pemberi Manfaat
Sebagai bahan makanan pokok, padi sangat berguna bagi banyak orang. Dia mengenyangkan orang lapar. Dia pemberi tenaga bagi orang-orang untuk dapat beraktivitas.
Jadikan anak kita seperti padi, menjadi orang yang berguna bagi banyak orang. Dia harus siap sedia menularkan ilmu pada orang lain, membantu orang-orang yang kesusahan dan membutuhkan pertolongan. Ajari anak untuk mengenyangkan teman-temannya yang lapar ilmu dan lapar bantuan. Jadikan juga anak kita menjadi anak yang tidak mudah menghina teman-teman yang lebih tidak beruntung dalam hal apa pun, namun harus sigap membantunya.
Bimbing anak agar dia mampu menjadi pemberi tenaga pada teman atau orang lain. Ya…, dia harus menjadi pemotivasi sesama untuk bergerak aktif.

3. Pintar Beradaptasi
Tanaman padi bisa hidup di mana saja, di sawah, ladang, atau perbukitan. Ketika padi tumbuh di sawah, tentu saja kondisinya lebih enak, karena pengairan relatif mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang atau perbukitan, padi mau tak mau harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk daerah yang sulit ini, dia hanya bisa ditanam saat musim hujan saja, itu pun tidak dengan air yang menggenang.
Anak-anak juga harus demikian, dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Dia harus tahan banting dan pintar beradaptasi. Di tempat yang tidak mengenakkan pun, dia harus bisa bertahan dan memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya.

4. Selalu Dicari dan Ditunggu-tunggu
Ketika anak lapar, tanyakan padanya apa yang dia cari. Pasti pada umumnya ingin makan. Salah satu makanan pokok yang ditunggu-tunggu itu adalah nasi. Sebagai penghasil bahan makanan pokok, padi selalu ditunggu-tunggu kehadirannya. Begitu pula dengan anak-anak kita. Semoga mereka menjadi anak-anak yang selalu dirindu kehadirannya oleh teman atau orang lain karena betapa bermanfaatnya anak-anak.

Ya…, tidak ada salahnya bukan jika anak-anak kita ajari untuk berguru pada padi? Dan masih banyak lagi hal lain dari alam yang dapat kita ambil sebagai bahan ajar bagi anak-anak. Anda pasti dapat menemukannya…, cobalah Anda cari, kaji, dan ambil manfaatnya bagi anak-anak.
Semoga tulisan yang sangat singkat ini dapat memberikan inspirasi luar biasa bagi Anda dalam menemani tumbuh dan berkembangnya anak-anak tercinta.*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar